Saturday, June 2, 2007

Antara Timnas Sepakbola dan Film Indonesia

Masih berhubungan dengan film Indonesia, tapi kali ini, penulis menghubungkan-nya dengan sepakbola khususnya timnas, karena penulis menemukan persamaan antara timnas dan film.Apa itu? yaitu perasaan benci tapi rindu masyarakat Indonesia terhadap keduanya.Betapa tidak? kalo dibilang benci, banyak juga koq yang nonton partai-partai timnas Indonesia maupun film Indonesia, tetapi setelah diliat, pasti banyak yang menyembulkan rasa kecewa dibandingkan kepuasan, karena hampir pasti kualitas film yang standar untuk film Indonesia, dan kekalahan yang didapat untuk timnas sepakbola Indonesia.
Itu menandakan, masyarakat Indonesia masih banyak yang menaruh harapan yang tinggi pada keduanya.Masyarakat Indonesia dimana saja pasti bermimpi, timnasnya kelak dapat masuk Piala Dunia ataupun dapat berbicara banyak dengan menandingi dominasi Jepang dan Korea Selatan di Asia atau di skala klub, klub-klub Indonesia seperti Persik, Arema dan lainnya dapat melaju minimal semi final atau kalau bisa menjadi juara di Piala Champions Asia, serta mimpi-mimpi lainnya.Bahkan, penulis bercita-cita, sebelon meninggal nanti penulis ingin ngliat timnas sepakbola Indonesia dapat melaju ke Piala Dunia, meski hanya berpartisipasi di babak-babak awal saja.
Penulis juga merasa bangga walau semu ketika klub favoritnya, AC Milan menjadi juara Champions Cup 2007.Penulis juga merasa bangga semu ketika timnas Italia meraih Piala Dunia 2006.Sebab apa? buat apa bangga jika yang meraih kebahagiaan itu adalah milik Italia, bukanlah milik Indonesia karena emang nggak ada hubungannya.
Prestasi timnas emang kurang bisa dibanggakan, bahkan cenderung terus menurun hingga banyak dilecehkan sana sini.Bahkan, ada juga yang bersifat cuek bebek, dengan mengatakan, biarkan saja prestasi timnas Indonesia kayak gini, karena emang udah kronis, atau juga ada yang bilang dari sononya udah jelek gak bisa diperbaiki lagi, bahkan pendapat orang-orang tua lebih ekstrem lagi, pemain-pemain Indonesia itu kecil-kecil dan kurang gizi, nggak akan bisa menandingi pemain-pemain bule dan arab yang cenderung tingginya diatas 185 cm.
Tapi, namanya harapan dan mimpi pasti selalu ada di dada masyarakat Indonesia (hiperbolis, bo!).Mereka yakin, pasti ada cahaya untuk solusi masalah-masalah yang terjadi di antara timnas dan film Indonesia.Kalo boleh usul dan saran dari penulis, kedepankanlah perubahan, dan jangan menuruti pola-pola lama yang terbukti usang dan hampir pasti gagal.Bila pembinaan instan yang dikedepankan pejabat-pejabat PSSI dengan mengirim banyak pemain muda ke luar negeri dan menghabiskan dana yang tak sedikit, tetapi prestasinya yang anjlok, ya, jangan dikirim lagi.Bila pemain asing di Indonesia sudah kebanyakan, bahkan hampir mengisi semua starter line-up di setiap tim peserta liga Indonesia, ya mbok dikurangi, lebih baik kasih kesempatan buat para pemain-pemain muda untuk unjuk kebolehan.Soalnya, penulis liat, hampir setiap partai pasti hampir 4-5 orang pemain asing mengisi posisi vital di klub peserta liga Indonesia.Bahkan, lebih parahnya lagi, yang ngambil free kick, corner, bahkan penalti-pun, semua itu dilakukan oleh pemain asing.Ck, ck, ck, "hebat" bukan?
Begitu pula film Indonesia.Jangan hanya menjual film-film cinta remaja atau pun horror katrok yang gak jelas juntrungannya.Karena orang-orang luar pasti mencibir kita, lha wong zaman udah modern, internet udah broadband, bahkan satelit, handphone udah 3.5 G bahkan udah ada yang mencapai 4 G, tapi kita hanya berkutat pada sesuatu yang tak tampak, takhayul pula.Udahlah, masyarakat Indonesia janganlah ditipu oleh tema-tema yang sama.Lebih baik lagi, carilah tema-tema baru yang belum tersentuh, atau kalo bisa tema-tema yang blon terpikir sineas luar atau pun dalam negeri.
Penulis berharap, tidak ada lagi perasaan benci tapi rindu pada timnas sepakbola maupun film Indonesia, melainkan rasa bangga terhadap prestasi keduanya yang menapak ke jenjang prestasi yang tinggi.

2 comments:

agam said...

Yang jelas, semunya gak bisa maju karena pada berantem sendiri2. gak bisa kompak. Heran aku..
Kenapa koq waktu pertandingan bola sering banget ada kerusuhan.
Kalo film, karena gak kreatif aja. bisanya plagiat.

Toim said...

yaaa bgitulah, tp g namanya harapan pasti kan slalu ada, mungkin suatu saat nanti, klo kita udah jd kakek2 mungkin, heheheh