Wednesday, May 30, 2007

MP3 dan Rival-Rivalnya

MP3 merupakan format kompresi musik digital yang banyak dikenal dan juga banyak dipakai oleh penggila musik (termasuk penulis).Mp3 terkenal dengan banyak sebab selain format musik pertama digital yang pertama kali keluar, juga banyak alat pemutar musik digital seperti iPod, MuvO dan Rhomba (Creative) dan lainnya juga banyak men-support format ini.
Tetapi, apakah anda tahu format musik digital selain Mp3? nah, untuk itulah tulisan ini ada.Marilah kita berkenalan dengan format kompresi musik digital lain selain mp3.

MP3Pro

Bit rate yang rendah (di bawah 128 kbps) pada Mp3, emang suaranya terdengar noisy dan sumbang.Bikin sakit kuping.Nah, untuk itulah format Mp3pro dibuat.Mp3pro dibuat dengan bitrate yang rendah sekaligus tanpa mengorbankan kualitas suara.Singkatnya, Mp3pro dibuat dengan hasil kompresi yang lebih kecil dari Mp3, tetapi sebanding dengan format Mp3 yang ber-bit rate tinggi dengan ukuran yang lebih besar.Emang sih, kualitas Mp3pro masih harus banyak diperbaiki, karena memang kualitas audio-nya masih jauh dari suara yang dihasilkan dari CD audio.Tapi, setidaknya format Mp3pro masih layak didengar dan lebih bagus ketimbang Mp3 dengan bit rate biasa (64-128 kbps).Kelemahan lain dari Mp3pro, selain dukungan hardware dan music player yang jarang, kualitas maksimal dari Mp3pro juga belum bisa menandingi kualitas audio CD.Jika anda ingin mencoba, anda dapat mendengarkan format musik Mp3pro pada music player yang mendukung format ini, diantaranya Winamp atau Musicmatch Jukebox.

WMA (Windows Media Audio)

Mendengar dari namanya pasti sudah dapat ditebak bahwa format ini berasal dari Microsoft.Yup, emang Microsoft membuat format sendiri atas format kompresi musik digitalnya.Format ini memang kurang populer di telinga pendengar, tetapi jika anda seseorang yang berhati-hati akan koleksi digital anda dan tak ingin dibajak, maka pergunakanlah format ini.
WMA emang didesain agar tak gampang diputar atau disalin karena didalamnya terdapat teknologi pelindung hak cipta.Dan, justru karena itulah orang jadi malas menggunakannya, termasuk pendukung open source salah satunya.WMA membatasi pecinta musik digital untuk sharing pada sesama dan ada lagi pendapat orang, ini adalah akal-akalan Microsoft agar bisa menjadi penguasa tunggal di bidang kompresi musik digital.
Walau begitu, WMA emang menawarkan kualitas suara yang baik, jika dibandingkan dengan mp3 dengan bit rate 128 kbps, meski tergolong jauh dari sempurna untuk mendekati kualitas audio CD.Kejelekan yang lain, bila kita me-ripping audio CD untuk diubah menjadi WMA, maka file yang berukuran sekitar 30 Mb-an akan menyusut hanya sekitar 20 Mb-an.Tentunya ini akan memberatkan bagi penggemar musik yang hanya mempunyai kapasitas disk yang kecil.Dan lagi, belum banyak pemutar audio portabel yang mendukung format ini.Jika anda penggemar Windows dan WMP (Windows Media Player) format ini boleh dicoba.

OGG Vorbis

Format ini dikembangkan hacker-hacker open source untuk menandingi dominasi mp3, karena apabila seseorang ingin meng-encode koleksi musiknya ke mp3, maka dia akan ditarik biaya.Kebalikannya dengan mp3, format Ogg tersedia free yang berarti siapapun berhak untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menyebarkannya tanpa melanggar hak cipta.Format yang dikembangkan di bawah bendera Xiph (Xiph.org) ini berkembang terus menerus kualitasnya.
Kebanyakan kompresi audio digital menggunakan patokan bit rate sebagai tanda akan kualitas format tersebut tetapi Ogg menggunakan skala 1-10 sebagai tanda akan kualitas audio yang dihasilkan.Semakin tinggi angkanya, maka akan semakin bagus kualitas audio yang dihasilkan.Skala 3 dianggap setara dengan mp3 bitrate 128 kbps, dengan ukuran file yang lebih singset dari ukuran yang dihasilkan oleh mp3.Kualitas suara yang dihasilkan pun lebih detil dan lebih baik dari mp3 ber-bit rate 128 kbps.
Kelemahan format ogg ini adalah belum banyak pemutar musik digital yang mendukung format ini.Tapi, seiring berjalannya waktu, bukan tak mungkin Ogg akan menggeser dominasi mp3 di kemudian hari.

FLAC (Free Lossless Audio Codec)

Ada Ogg yang bersifat open source, ada pula Flac.Flac juga produk dari komunitas open source yang rela bekerja siang malam tanpa dibayar sepeser pun, hanya dibayar dengan kebanggaan dan kesenangan.Flac pun bebas dikembangkan seperti Ogg.Flac juga merupakan lossless codec.Artinya, jika mengompres suatu file audio, Flac tidak membuang informasi apapun dari file audio tersebut.Artinya, kualitas suara yang dihasilkan sangat mendekati aslinya, namun efeknya ukuran file yang dihasilkan menjadi tambun.Dengan kata lain, bila file audio berukuran 20 Mb, bila dikompresi menjadi Flac, maka akan berukuran sekitar 10-12 Mb.Memberatkan juga bagi penggemar yang mempunyai kapasitas disk yang kecil.Dan lagi, pemutar media portabel banyak yang belum mendukung format ini.
Tetapi, bila anda menginginkan kesempurnaan suara musik di telinga anda dengan ukuran yang lebih kecil sedikit, maka tidak ada salahnya format ini dicoba.Dengan menggunakan kompresi Flac, seolah-olah anda menikmati alunan suara yang dihasilkan audio CD.

Monkey Audio (Ape)

Sepintas, emang namanya terdengar lucu dan aneh.Masa monyet? tapi si "monyet" inilah pesaing ketat Flac dalam urusan kompresi audio dan kualitas karena sama-sama bersifat lossless.Banyak yang bilang, kualitas audio Monkey Audio ini hampir sama dengan kualitas audio CD dengan ukuran hampir mirip dengan ukuran lossy seperti Mp3 dan Ogg, tidak seperti Flac yang ukurannya gede banget.Ok banget kan?
Tetapi, banyak pula yang mengkritik bahwa Monkey Audio adalah format musik yang egois.Bagaimana tidak? mereka hanya menyediakan format ini untuk platform Windows, tidak seperti Flac yang tersedia di platform mana saja.Itulah sebabnya pihak Linux dan Mac menyayangkan keputusan sang pembuat Monkey Audio.Penggemar Linux hanya dapat menemukan format ini bila lisensinya berlabel free software atau pun open source, itupun tidak semua distro Linux dapat menikmatinya, karena emang Monkey Audio ini bersifat proprietary.
Akhirnya, developer Monkey Audio pun melunak.Pada awal 2005, kalangan Mac dan Linux dapat menjajal Monkey Audio lewat plug-in yang disediakan oleh SuperMMX, hingga pengguna Linux dapat menjajal Monkey Audio lewat XMMS atau Amarok.Tetapi, tetap saja format ini emang kurang populer di kalangan penggemar musik, karena kurang banyak player ataupun portable media player yang men-support format ini.

Musepack (Mpc)

Datang dengan format berekstensi .mpc, format ini dikenal dengan kualitas audio yang tinggi, hampir mendekati kualitas Ogg. Bahkan, di suatu penelitian menyebutkan bahwa kualitas MPC lebih bagus daripada format lossy yang lain seperti AAC, WMA apalagi Mp3.
Format yang diciptakan oleh Andree Buschmann ini tersedia di banyak platform, mulai dari Windows, Linux juga Macintosh.Tetapi, yang harus diperhatikan, jangan mengkonversi koleksi audio CD anda ke format ini, karena belum banyak portabel media player yang men-support-nya, tetapi, kalau sekedar ingin mencoba memainkannya di media player anda di komputer, bolehlah.Itupun belum banyak yang men-support format ini.Kalau ingin mencoba, cobalah dengan Winamp, Foobar atau Jet Audio.


AAC (MP4)

Apple yang menjadi pencetus pertama penjualan musik online dengan iTunes store-nya, tentu tidak gegabah dalam memilih format kompresi musik digital.Untuk itu, mereka memilih format AAC atau MP4.AAC yang dibuat dan dikembangkan oleh MPEG (Motion Picture Experts Group) yang saat itu belum terkenal sama sekali.Dan jika iPod tidak booming dan belum adanya iTunes Store, niscaya orang pasti nggak ngeh dengan format ini.
AAC atau Advanced Audio Coding memang format kompresi yang istimewa.Bahkan, kualitas AAC dengan bit rate 128 Kbps sekalipun hampir mirip dengan kualitas yang dihasilkan oleh audio CD.Bahkan, penulis sekalipun merasa takjub tak percaya (berlebihan banget) ketika mendengarkan format ini via headphone.Gile, mulus banget, padahal sudah terkompresi, namun suara yang dihasilkan smooth banget.
Apakah format AAC yang terbaik? sabar, tunggu dulu.Seperti yang sudah kita bahas di atas, kita tetaplah jangan men-judge suatu produk dari satu sisi.Memang kualitas audio yang dihasilkan oleh AAC emang bagus banget, tapi apakah ada media player atau portable media player yang banyak mendukung format ini? tercatat hanya iPod dan sedikit merk lain yang hanya men-support format ini dan sedikit pula media player yang dapat memutar format ini.Penulis menyarankan Winamp atau Foobar untuk memutar format AAC.

Nah, dengan bahasan-bahasan di atas, terbukti kan bahwa format mp3 tidak sendiri, meski tetap mendominasi kompresi musik digital di mana saja.Tetapi, bila anda ingin "main aman" atau dengan kata lain tidak ingin mencoba format kompresi musik digital lain, penulis menyarankan mengompresi koleksi musik audio CD anda dengan format Mp3 dengan bit rate 192 Kbps atau di atasnya.



4 comments:

agam said...

kompresi yang paling bagus apa ya?

Toim said...

wah, terserah kamu, gam! klo bs seh coba2 ajah pake headphone yg bagus atau spiker yg sound output-nya keren, pasti terasa deh bedanya...

agam said...

ya gak bisa gitu donk. Meskipun spikernya jutaan, tapi kalo kompresinya jelek kan hasilnya juga jelek. Misalnya aku kompresi di 8bit. Walaupun headphone top, kayaknya kompresi tetap mendukung kualitas.

Söe said...

Namanya juga pilihan pasti ada konsekwensinya. Tidak ada yg sempurna karena itu setiap format audio pasti ada bitrate yg dikurangi meskipun pakai Converter canggih dan mahal,mau kualitas audionya sempurna? minta aja langsung ke opr.masteringnya!. Saran saya adalah gunakan efek filter surround atau penghilang desis dg software CoolEdit Pro2000,banyak pilihan filter disana,software ini biasa dipakai utk edit sound offline Radio Ramaco Fm.