Tuesday, January 13, 2009

Katanya Zaman...

Memang susah jadi manusia saat ini. Karena sekarang ini katanya zaman edan, kalo nggak ikut edan nggak keduman. Makanya banyak anggota dewan yang makan dana siluman. Bahkan ketika ada anggota dewan yang terkenal ‘putih’ diingatkan agar jangan ikut-ikutan, tapi katanya dana itu sayang jika tidak dimanfaatkan, untuk modal bergerak dalam perjuangan. Maka sudah dikemanakan-kah sosok iman, yang seharusnya Qur’an dan Sunnah jadi pedoman, yang bukan hanya semangat dan indah saat diucapkan, dalam kajian – kajian rutin pekan-an.

Katanya zaman kiwari, kalo nggak jual diri nggak makan nasi. Makanya sekarang banyak anak – anak gadis jual diri. Isteri – isteri buka ‘lapak’ dengan alasan bantu suami. Bahkan ada yang lebih parah sang ibu kandung jadi mucikari. Karena langganannya adalah para anggota Dewan yang baik hati. Dengan alasan membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan di negeri ini. Apakah mereka sudah tidak punya harga diri, umbar aurat hanya demi sesuap nasi, seolah sudah tidak ada jalan keluar lagi, seolah jika tidak melakukan itu mereka akan mati. Bukankah rezeki sudah ditetapkan oleh Sang Robbul Izzati. Tinggal bagaimana langkah kita untuk menjemput rezeki. InsyaAllah rezeki yang halal itu telah menanti.

Katanya zaman gila, kalo nggak gila nggak bahagia. Makanya keluarlah prinsip jika ada kesempatan kita sikat saja. Halal haram sudah dilupa. Uang korupsi dibilang untuk bisnis jualan permata. Yang penting rumah megah ada dua, mobil mewah ada lima serta banyak tanam modal dalam reksadana. Lupakah mereka bahwa dunia ini hanya sementara, dunia yang sifatnya fana, hanya menunggu saat berakhirnya. Bukankah kabar gembira telah datang kepada mereka, akan adanya syurga yang siapapun akan kekal didalamnya. Maka mengapa mereka tidak tergoda untuk masuk kedalamnya.

Katanya zaman gendeng, kalo nggak sableng nggak dianggap gayeng. Makanya ada motto buat apa hidup dibikin puyeng. Buat apa harus terikat dengan aturan agama untuk hidup yang nggak langgeng. Ngegele di kamar kost dan pergaulan bebas barulah greng. Apakah mereka tidak mudeng? Bahwa perbuatan mereka hanya memuaskan para pemilik modal yang berotak gendeng.

Katanya zaman mbeling, kalo nggak clubbing nggak dianggap orang penting. Makanya banyak orang yang hobi minum topi miring. Ada ayah yang menggauli anaknya sampai bunting. Berbuat amanah bukan lagi hal yang penting. Akibatnya banyak Anggaran Negara dan Anggaran Daerah yang digunting. Yang penting keluarga dan rekan kerja puas main banking, tak peduli banyak rakyat yang bunuh diri karena pusing. Lupakah mereka dengan hari yang genting. Di Yaumul Hisab kala amal mereka ditimbang ternyata banyak yang garing, dengan hadiah azab neraka yang mendengarnya saja bikin bulu kuduk merinding.

Katanya zaman sedeng, kalo nggak sedeng nggak digandeng. Makanya banyak pemimpin yang tutup mata kala banyak pengusaha membangun bedeng. Bedeng untuk jual miras dan lokalisasi berbuat sedeng. Karena merekalah yang mensuplai dana kampanye Pilkada dan Pemilu untuk para Kanjeng. Sehingga setelah terpilih seolah mata mereka tertutup hordeng. Harusnya mereka tahu bahwa jabatan sebenarnya bagaikan kaleng, yang ketika diinjak kaki pastilah gepeng. Maka ketika menjabat seharunya mereka menutup bedeng – bedeng, yang membuat masyarakat berbuat sedeng.

Katanya zaman kalabendu, orang yang berbuat lurus dianggap lucu. Makanya KKN adalah motto hidupku. Sekolah dan guru jualan buku, yang wajib dibeli oleh para wali murid yang pasrah mati kutu, padahal mereka lagi pusing untuk bayar SPP bulan lalu. Sedangkan mereka sudah digaji dari pajak rakyat jenis ini itu. Seharusnya mereka bahu membahu, untuk menghilangkan kebodohan yang sudah membeku, yang dirintis oleh para penjajah sejak ratusan tahun lalu. Sehingga ketika ditanya oleh Allah Yang Maha Tahu, sudahkah menunaikan kewajiban atas jabatanmu itu. Maka senyum merekah akan hadir dari bibirmu, lantas berikan bukti jutaan anak didik yang sekarang tunduk menyembah kepada Allah Yang Satu.

Katanya zaman burik, jadi orang baik malah dihardik. Maka ketika nasehat diucapkan yang terjadi adalah polemik. Guru tak mau mendengarkan kebenaran dari anak didik. Tetangga tak mau diingatkan bahkan yang menasehati dibilang udik. Anak mengingatkan orang tua malah dibawaan badik. Bukankah Rosulullah datang untuk meningkatkan akhlak manusia menjadi baik. Buahnya adalah hubungan antara sesama adalah ibarat kilauan pelangi yang menarik. Sehingga ketika nasehat datang seharusnya yang terucap adalah labbaik.

PS: Postingan ini diambil dari komen bung Tedi Setiadi disini.Asyik banget mbacanya, karena bahasanya mempunyai rima (maaf kalo salah, soalnya udah lama gak belajar bahasa Indonesia ^^; ).
Jika ingin menyambangi blog bung Tedi, silahkan klik disini

21 comments:

Anonymous said...

yang jelas jaman sekarang jaman serba ga ada batasan hala apa haram yang penting sikat abis jadi duit....busyet

Anonymous said...

Hehehe... Lucu juga rima nya... :D

Susah juga hidup di jaman edan. Klo gak ikut edan dibilangnya bukan teman. Ah, yang penting kita punya Allah yang bisa dijadikan pegangan. Menjalankan ajaran-Nya biar hidup aman.

*ngikut pake rima*

:P

Anonymous said...

yg penting ttp kuat berada di jln Nya..

Toim said...

@omiyan
wah, jgn gitu, brarti ketularan jg donk :)

@adit
boljug kmu, dit :)

@waw
kadang, klo kepepet bs brubah pikiran ^^

Anonymous said...

lucu lucu :) ngakak deh gue

Anonymous said...

huwaaaaa.. postingannya berima (woot)

Anonymous said...

lucu nih posting

Anonymous said...

Namanya juga akhir zaman. Orang2 pada tambah aneh2.

Anonymous said...

Memang begitulah jaman ini.

Anonymous said...

Memang begitulah jaman ini.

Aryo Anantoro said...

alasan itu mudah dicari, kalau memang niat buruk sudah di hati, alasan pembenaran pasti muncul sendiri hingga membohongi diri sendiri

Anonymous said...

jaman saiki wis edan.. bang toim ga boleh ikut2an :))

Anonymous said...

Kirain karya sendiri. Tapi...ok juga. Saya enjoy mbacanya. Bahkan berulang-ulang.

Anonymous said...

whahaha.. bang toim lama tak liat blog mu.. hahaha..

ni zaman mang dah edan.. tapi jangan sampe otak kita jadi hang gara" ni zaman... jangan kita ikuta zaman tapi buat gimana caranya zaman dan kita bisa harmonis dengan apa yang kita punya sekarang.. :D

doh jadi sok tuiirr.. wkekekek

Anonymous said...

masih ada harapan untuk lebih baik :D

Anonymous said...

Aku ternyata orang ngga penting, lha wong ngga doyan clubbing koq ... :D

Anonymous said...

ntar lagi kiamat kale ya....

Anonymous said...

Namanya JAman sebenernya sich sama saja yg beda Orangnya saja :D

Salam :)

Anonymous said...

Jika iman kuat seedan apapun jaman dia gak ikut edan

Anonymous said...

Inilah fantastisnya dunia. Manusia yang menjalani, memperindah, dan [juga] merusaknya. Yang penting, isilah dengan seadil-adilnya. Kalau ada yang 'aneh' dengan sisi negatifnya, buatlah sisi positifnya sekarang juga!

Toim said...

@icha
lucunya sebelah mana sich? :P

@chic
huwaaa...iya :D

@ario
emangnya srimulat :P

@rosyidi
yang punya blog jg :D

@edi
asal jgn ketularan ajah

@aryo
kekeke...betul juga

@menik
moga2 sih gitu :)

@ullyanov
aq sih gak bakat sastra, mangkanya kopas doang :D

@andri
bukannya kmu yg lama hiatus, ndri? :)

@purwaka
kayak iklan partai2 ajah :)

@hanif
masa kudu penting br bs clubbing? ;)

@yusdi
mungkin...

@ari
dulunya sih jaman sdkt edan, skrg sih edan2-an :D

@thevemo
mari perkuat benteng iman masing2, ok? ^^

@aswi
emang manusia disdesain 2 sisi kayak gitu yah, bung aswi :)